Teks jalan

WELCOME TO ASKEP PERAWAT DAN BIDAN. By : SANNI PEBRIANSYAH

iklan adsensecamp

Saturday, December 19, 2015

Imunisasi




BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar belakang
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomielitis, dan campak dapat dicegah. 


Pentingnya pemberian imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah dengan imunisasi. Oleh kaerna itu, untuk mecegah balita menderita beberapa penyakit yang berbahaya, imunisasi pada bayi dan balita harus dilakukan sedini mungkin dan pada waktu yang tepat dan lengkap serta diberikan sesuai jadwal. Dan dalam pemberian imunisasi perlu diperhatikan indikasi dan kontra indikasi dalam pemberian imunisasi pada bayi.

      B.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi imunisasi
2.      Untuk mengetahui macam-macam imunisasi
3.      Untuk mengetahui imunisasi dasar dan imunisasi ulangan
4.      Untuk mengetahui manfaat imunisasi


      C.    Manfaat
1.      Menambah pengetahun dan wawasan mengenai imunisai
2.      Memahami pentingnya imunisasi pada neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah




               BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pemenuhan Pada Neonatus Dan Bayi Dengan Masalah Pemberian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan. Pemenuhan imunisasi pada neonatus dan bayi terdiri dari :
§  Imunisasi dasar
§  Imunisasi ulangan

B.     Imunisassi Dasar

1.        Pengertian
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan awal secara aktif.

2.      Macam-macam imunisasi dasar
Pemerintah melalui Program Pemberian Imunisasi (PPI), mewajibkan 5 jenis imunisasi dasar pada anak dibawah usia 1 tahun, antara lain :

a.      BCG (Bassile Calmatte-Guerin)
Bassile Calmatte-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapat basil yang tidak virulen yang masih mempunyai imunogenitas. Vaksin BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberculin.
Vaksin BCG ini bertujuan untuk mengurangi resiko tuberculosis ringan maupun berat yang sering menyerang paru-paru, tetapi dapat juga menyerang organ-organ lain seperti selaput otak, tulang, kelenjar supervisialis dan lain-lain.
Vaksin BCG diberikan secara intradermal/intracutan 0,10 ml untuk anak dan 0,05 ml untuk bayi baru lahir. Penyuntikan BCG sebaiknya diberikan pada deltoid kanan, sehingga bila terjadi limfa denitis (pada aksila) akan lebih mudah terdeteksi. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, tidak boleh beku, dan harus disimpan pada suhu 2-8oC. vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam. Imunisasi BCG diberikan pada anak ketika berumur ≤ 2 bulan dan sebaiknya dilakukan uji Mantoux (tuberculin) terlebih dahulu ( imunisasi bisa  diberikan jika uji Mantoux negative).

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Penyuntikan BCG secara interdermal yang benar akan menimbulkan ulkus local superficial di 3 minggu setelah penyuntikan dan akan sembuh dalam 2-3 minggu dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. jika dosis tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar, apabila penyuntikan terlalu dalam maka parut akan tertarik ke dalam.

Kontraindikasi
Tenaga kesehatan tidak dianjurkan untuk melakukan imunisasi BCG, jika ditemukan hal-hal berikut.
1.      Reaksi uji tuberculin > 5 mm.
2.      Terinfeksi HIV atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat imunosupresif, sedang menjalani terapi radiasi,serta menderita penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sumsum limfe .
3.      Anak menderita gizi buruk
4.      Anak menderita demam tinggi
5.      Anak menderita infeksi kulit  yang luas
6.      Anak pernah menderita tuberculosis
7.      Kehamilan

Rekomendasi
1.             Imunisasi BCG diberikan pada saat bayi berusia ≤ 2 bulan
2.             Pada bayi yang kontak erat dengan penderita TB, dan melalui pemeriksaan sputum didapati BTA ( +3) maka sebaiknya diberikan INH Profilaksis terlebih dahulu, dan jika kontak sudah tenang diberi BCG
3.             Jangan melakukan imunisasi BCG pada bayi atau anak dengan imunodevisiensi, misalnya HIV, gizi buruk dan lain-lain

b.      Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit endemic di hampir seluruh bagian dunia. Penyakit hepatitis B pada anak  tidak jarang menimbulkan gejala yang minimal bahkan subklinis, namun sering menyebabkan hepatitis kronik, yang dalam kurun waktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi sirosis atupun hepatoma, sedangkan pada orang dewasa lebih sering menjadi hepatitis akut. Hepatitis B juga dapat berkembang menjadi bentuk fulminan dengan angka kematian yang tinggi. Pencegahnnya dengan menghindari kontak dengan pengidap, donor darah, organ tubuh, transplantasi, maupun alat-alat kedokteran dapat pula dengan pemberian kekebalan melalui imunisasi pasif maupun aktif.
Imunisasi pasif dilakukan dengan pemberian immunoglobulin (IG)/ Immune Serum Globulin (ISG) atau hepatitis B immuneglobulin (HBIG).
Imunisasi aktif dilakukan dengan pemberian partikel HbsAg. Ada tiga jenis vaksin hepatitis B yaitu:
1.      Vaksin yang berasal dari plasma.
2.      Vaksin yang dibuat dengan teknik rekombinan (rekayasa genetik).
3.      Vaksinasi polipeptida.
Penularan penyakit ini terjadi melalui:
1.      Hubungan seksual.
2.      Dari ibu kepada bayinya, pada umumnya terjadi pada proses persalinan, melalui transplansental ataupun pada masa postnatal melalui asi.
3.      Penularan horizontal antar anak.
Jadwal pemberian:
1.      Vaksinasi awal atau primer diberikan sebanyak 3 kali. Jarak antara suntikan I dan II adalah 1-2 bulan, sedangkan untuk suntikan III diberikan dengan jarak 6 bulan dari suntikan I.
2.      Pemberian booster dilakukan 5 tahun kemudian.
3.      Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan anti-HbsAg paska imunisasi setelah 3 bulan imunisasi terakhir.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi maupun otot.

Kontraindikasi
Sampai saat ini belum ditemukan adanya kontraindikasi absolute terhadap pemberian imunisasi hepatitis B.

c.       DPT ( Difteri, Pertusis dan Tetanus)
Diphteriae adalah suatu basil garam positif. Produksi toksin terjadi hanya bila kuman tersebut mengalami lisogenasi oleh bakteriofag yang mengandung informasi genetik toksin. Hanya galur toksigenik yang dapat menyebabkan penyakit berat.
Kekuatan toksoid difteri yang terdapat dalam vaksin DPT saat ini berkisar antara 6,7-25 lf dalam dosis 0,5 ml. untuk imunisasi rutin pada anak dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2,4,6,15-18 bulan dan saat masuk sekolah. Vaksin DPT disimpan pada suhu 2-8oc dan cara pemberiannya melalui suntikan IM/SC.

Pertusis
Borditella pertusis adalah kumn batang yang bersifat gram negatif dan membutuhkan media khusus untuk isolasinya. Kuman ini menghasilkan beberapa antigen antara lain toksin pertusis, filament, hemaglutinin, aglutinogen fimbriae, adenilsiklase, endotoksin dan sitotoksin trakea.
Pertusis merupakan penyakit yang bersifat toxin mediated dan toksin yang dihasilkan kuman yang melekat pada bulu getar saluran pernapasan atas dan akan melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga berpotensi menyebabkan pneumonia.

Tetanus
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang bersifat fatal dan disebabkan oleh kuman klostridium tetani. Kuman ini berbentuk batang bersifat gram positif dan bermetabolisme anaerob. Kuman ini sensitive terhadap suhu panas dan tidak bisa hidup dalam lingkungan beroksigen

Efek samping
1.      Panas
Anak menderita panas dan terjadi pada sore hari setelah mendapat vaksinasi DPT, dan tetapi panas ini akan sembuh dalam 1-2 hari.
2.      Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasakan nyeri, sakit, kemerahan, dan bengkak di tenpat suntikan. Pada kondisi ini yakinkan ibu bahwa keadaan itu tidak berbahaya dan tidak perlu pengobatan.
3.      Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih sesudah vaksinasi maka hal ini dapat disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril.
4.      Kejang-kejang
Kejang-kejang merupakan reaksi yang jarang terjadi. Jika terjadi reaksi ini disebabkan oleh komponen pertusis dari DPT. Bila terjadi reaksi ini anak tidak boleh diberi vaksin DPT lagi dan sebagai gantinya diberi DT saja.

d.      Poliomielitis
Virus polio termasuk dalam kelompok enterovirus, family picomavyridae. Virus polio dibagi menjadi 3 macam yaitu, P1, P2 dan P3. Virus polio ini menjadi tidak aktif apabila terkena panas, formaldehida dan sinar ultraviolet.

Patogenesis
Virus polio masuk melalui mulut dan multiplikasi pertama kali terjadi pada tempat implantasi, yaitu dalam faring dan traktus gastrointestinal. Virus tersebut umumnya ditemukan di tenggorokan dan feses sebelum timbulnya gejala. Virus akan menembus jarongan limfoid, kemudian masuk ke system saraf pusat. Apabila virus polio yang terjadi dalam neuron motor kornu interior medulla spinalis dan batang otak maka mengakibatkan kerusakan sel.

Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vacine-OVP)
1.      Vaksin ini berisi virus polio tipe 1,2, dan 3 serta merupakan bagian dari suku sabin yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan.
2.      Vaksi yang digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus dan memacu pembentukan antibody baik dalam darah maupun pada epithelium usus.
3.      Penerima vaksin ini dapat terlindungi setelah dosis tunggal pertama, namun 3 dosis berikutnya akan memberikan imunitas jangka lama terhadap 3 tipe virus polio.
4.      Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8oC.
5.      Vaksin polio oraldapat disimpan beku pada temperature -20oC
.
Rekomendasi
Vaksin polio oral diberikan pada BBL sebagai dosis awal kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu. 1 dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan peroral yang pemberian dapat diberikan bersamaan dengan vaksin DPT dan Hepatitris B. Bila OPV dimuntahkan dalam waktu 10 menit maka dosis tersebut diberikan secara ulang.

Kontraindikasi
1.      Mengalami penyakit akut atau demam (temperature >38,5oC) maka imunisasi harus ditunda.
2.      Muntah atau diare harus imunisasi ditunda.
3.      Menderita infeksi HIV atau anggota keluarga sebagai kontak.

e.       Campak
Penyakit campak sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan diseluruh wilayah Indonesia. Kejadian luar biasa penyakit campak masih sering dijumpai di daerah-daerah tertentu.
Diagnosis
Diagnosi kasus campak biasanya dapat dibuat atas dasar kelompok gejala klinis yang saling berkaitan, yaitu coriza dan mata meradang disertai batuk srta demam yang tinggi dalam beberapa hari lalu diikuti timbulnya ruam makulopapularpada kulit. Yang diawali dari belakang telingan kemudian ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh.

Dosis dan cara pemberian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan sebanyak 0,5 ml. pemberian melalui subcutan walaupun demikian juga dapat juga diberikan secara intramuscular. WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan. Untuk Negara maju imunisasi camapak dianjurkan ketika anak berumur 12-15 bulan.

Kejadian ikutan pasca imunisasi
Terjadi demam >39,5oC yang terjadi pada 5-15 %  kasus demam ini dijumpai pada hari ke 5 dan ke 6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari.

C.    Imunisasi Ulangan
Adalah Imunisasi lanjutan unuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi yang perlu diulang antara lain:
1.      DPT
Di ulang sebanyak 3 kali yaitu pada usia 18 bulan, 5 tahun, dan 10 tahun. Namun saat pengulangan diusia 10 tahun, vaksin yang diberikan hanya DT saja.



2.      Campak
Vaksin ini diulang dalam bentuk imunisasi MMR. Ulangan pertama diberikan pada rentan usia 15-24 bulan, ulangan yang kedua saat usia 4-6 tahun.
3.      Polio
Pengulangan dilakukan sebanyak dua kali, yang pertama pada usia 18 bulan dan kedua di vaksin kembali pada rentan usia 4-6 tahun.

 
 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, poliomielitis, dan campak dapat dicegah. Imunisasi ini terdiri dari 2 yaitu imunisasi dasar dan imunisasi ulangan. Imnusisasi dasar terdiri dari Imunisasi BCG, Hepatitis B, DPT, Polio dan campak. Dan imunisasi ulangan teridiri dari DPT polio dan campak dengan rentan waktu yang berbeda-beda.

B.     Saran
Semoga dengan pembuatan makalah ini pembaca dan penulis dapat mengerti dan memahami betapa pentingnya pemberian imunisasi bagi neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.







No comments:

Post a Comment

Terimakasih Anda Telah Berkunjung Diblog Askep Perawat dan Bidan, Semoga blog saya ini berguna untuk kita semua dan masyarakat..

mohon di share dan dikomentari blog saya ini. untuk jadi motipasi memperbaiki blog saya ini..

"Terima Kasih"

Apakah Anda Puas Dengan Blog Saya..?