Teks jalan

WELCOME TO ASKEP PERAWAT DAN BIDAN. By : SANNI PEBRIANSYAH

iklan adsensecamp

Friday, October 9, 2015

ASKEP FRAKTUR

BAB I
PENDAHULUAN
       I.            Latar Belakang
           Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan  yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation).
                 Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. (Price,S.A,1995 :175)
                        Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
          Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Menurut data kepolisian Republik Indonesia Tahun 2003, jumlah kecelakaan di jalan mencapai 13.399 kejadian, dengan kematian mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat, dan 8.694 mengalami luka ringan. Dengan data itu, rata-rata setiap hari, terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal dunia. Adapun di Sulawesi Selatan, jumlah kecelakaan juga cenderung meningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban mencapai 1717 orang, tahun selanjutnya 2.277 orang, 2003 sebanyak 2.672 orang. Tahun 2004, jumlah ini meningkat menjadi 3.977 orang. Tahun 2005 dari Januari sampai September, jumlah korban mencapai 3.620 orang dengan korban meninggal 903 orang.
            Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang.
            Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, dan perpendekan tulang. Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas dan fraktur vertebra. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur (tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur)
    II.            Rumusan Masalah
a.       Apa itu fraktur?
b.      Bagaimana penanganan fraktur post orif?
c.       Bagaimana merumuskan asuhan keperawatan dan intervensinya?


BAB II
LANDASAN TEORI
1.      Pengertian
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Syamsuhidayat. 2004: 840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183).
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap. (Arice, 1995 : 1183)
Patah tulang adalah terputusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.(Oswari, 2000 : 144)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. (Mansjoer, 2000 : 42)
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 1999 : 1138).Jadi berdasarkan pengertian diatas  fraktur  adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan.
2.      Etiologi
1.      Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, kontraksi otot ekstrim.
2.       Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.
3.      Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.
Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah :
1.      Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2.      Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3.      Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
3.      Patofisiologi
            Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356). Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147)
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346).
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299)
            Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen (Brunner & suddarth, 2002: 2287)
4.      Pengobatan
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348)
Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat (Price, 1995 : 1192). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot. (Long, 1996: 378)
Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192)
Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
5.      Klasifikasi
a.       Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar
b.      Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).
c.       Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang
6.      Manifestasi Klinis
a.       Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b.      Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
c.       Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
d.      Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
e.       Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera.
7.      Pemeriksaan Penunjang
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
8.      Komplikasi
a.       Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
b.      Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal
c.       Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
d.      Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.
e.       Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
f.       Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
g.      Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
h.      Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat
i.        Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
j.        Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
9.      Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan konservatif. Merupakan penatalaksanaan non pembedahan agar immobilisasi pada patah tulang dapat terpenuhi.
                                                              i.      Proteksi (tanpa reduksi atau immobilisasi). Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
                                                            ii.      Imobilisasi degan bidai eksterna (tanpa reduksi). Biasanya menggunakan plaster of paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Metode ini digunakan pada fraktur yang perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan.
                                                          iii.      Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur.penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini.
                                                          iv.      Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi. Tindakan ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.
b.      Penatalaksanaan pembedahan.
                                                              i.      Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
                                                            ii.      Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF:Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah


Asuhan Keperawatan
  Pada pasien Post Orif Femur & Tibia
1.   Pengkajian
       I.            Identitas
Nama                           : Tn.S
Jenis kelamin               : Laki-laki
Umur                           : 27 tahun
Status                          : Menikah
Agama                         : Islam
Pendidikan                  : SMA
Pekerjaan                     : Wiraswasta
Alamat                         :
Tanggal masuk            : 1 Maret 2012
NO. Register               : 04062
Ruang/Kamar              : RB III /18
Golongan Darah          : B
Tanggal Pengkajian     : 2 April 2012
Tanggal Operasi          : 23 Maret 2012
Dx Medis                    : Fraktur Open (L) femur + open (L) fibula
Penanggung Jawab
Nama                           : Ny.S
Hubungan                   : Istri
Pekerjaan                     : IRT
Alamat                         :
    II.            Keluhan Utama
Nyeri, Susah beraktivitas
 III.            Riwayat Kesehatan Sekarang
1.      Provocative / Palliative
a.       Apa penyebabnya
Kecelakaan lalu lintas pada tanggal 28 februari 2012 di Kutacane
b.      Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Perawatan medis di RSU Kutacane
2.      Quantity / Qualitas
Ø  Bagaimana dirasakan  : kaki tidak dapat digerakkan, bila digerakkan nyeri
Ø  Bagaimana dilihat       : Mobilitas pasien pada kaki belum berfungsi
3.      Region             : femur dan fibula tanpa metastasi
4.      Severity           : sebagian aktivitas terganggu
5.      Time                : Nyeri timbul 5 hari sejak operasi selesai dan sampai selesai
 IV.            Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a.       Penyakit yang pernah dialami                         : Demam
b.      Pengobatan / tindakan yang dilakukan           : Minum obat tradisional
c.       Pernah dirawat / dioperasi                              : tidak pernah
d.      Lama rawatan                                                 : -
e.       Alergi                                                              : -
f.       Imunisasi                                                         : -
    V.            Riwayat Kesehatan Keluarga
a.       Orang Tua                                                       : tidak pernah ada masalah
b.      Saudara kandung                                            : -
c.       Penyakit keturunan yang ada                          : -
d.      Anggota keluarga yang meninggal                 : -
e.       Penyebab meninggal                                       : -
f.       Genogram






 

                                      
 VI.            Riwayat / Keadaan Psikologis
a.       Bahasa yang digunakan                                  : Indonesia
b.      Persepsi tentang penyakit                               : yakin akan sembuh
c.       Konsep diri                                                     :
1.      Body image     : pasien menyukai semua anggota tubuhnya
2.      Ideal diri         : pasien ingin segera pulang
3.      Harga diri        : tetap percaya diri
4.      Peran diri         : sementara terganggu, tapi pasien yakin segera dapat menafkahi keluarganya
5.      Personal identity: laki – laki
d.      Keadaan emosi                                                : Stabil
e.       Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara    : focus dan memperhatikan
VII.            Pemeriksaan fisik
a)      Keadaan Umum                      : lemah
b)      Tanda-tanda vital                    :
Tempat                                    : 36,7oC
TD                                           : 120/70 mmHg
TB                                           : 161 cm
BB                                           : 55 Kg
Pols                                         : 73 x/i
RR                                           : 20 x/i
c)      Pemeriksaan fisik
1.      Mata                : Lengkap dan simetris
2.      Palpebra          : Tidak ada katarak
d)     Pemeriksaan muskuloskletal / ekstermitas
a.       Kesimetrisan otot        : tidak simetris antara ekstermitas inferior kiri dan kanan
b.      Pemeriksaan edema                 : tidak ada edema
c.       Kekuatan otot                                     : Ex.Atas kanan           : 55555
  Ex.Atas kiri               :55555
  Ex.Bawah kiri           :55555
  Ex.Bawah kanan       :54421
d.      Kelainan pada ekstermitas      : tidak ada
e)      Pemeriksaan neurologi
a.       Tingkat kesadaran       : GCS 15, E 4, M6, V5
f)       Hasil pemeriksaan penunjang
a.       Lab                  :
                                                                                      i.      Tanggal 19 maret 2012:
Hb                   : 13.50
Trombosit        : 586
Eritrosit           : 4.46
ALT Hati        : 47
                                                                                    ii.      Tanggal 20 maret 2012
Hb                   : 13
Trombosit        : 508
Eritrosit           : 4.30
                                                                                  iii.      Tanggal 23 maret 2012
Hb                   : 8.70
Eritrosit           : 2.95
                                                                                  iv.      Tanggal 25 maret 2012
Hb                   : 10.10
Eritrosit           : 4.20
b.      Radiologi
                                                                                      i.      Foto kontras knee joint AP/L tanggal 19 maret 2012
Metafisis proximal os tibia sudah terbentuk callus di fraktur. Displacement  fraqmen distal ke posterior.
                                                                                    ii.      Tanggal 23 maret 2012
Oblique complet metafisis proximal os fibula dengan displacement fragmen distal ke medial.
Tidak ada lesi litik dan balstik terpasang fixasi eksternal di region cruris kiri.
Tidak ada dislokasi
g)      Penatalaksanaan dan terapi
a.       IVFD RL 20 gtt/i
b.      Ranitidine 50 mg/12 jam
c.       Keterolac 30mg/8 jam
d.      Ceftriaxone 1g/12 jam
e.       Trasfusi bila Hb turun.
VIII.            Diagnose keperawatan
a.       Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
b.      Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler Trauma,resiko
3.   Intervensi Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
Intervensi
Rasional
  Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri
   Imobilisasi bagian yang sakit
  Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
    Dorong menggunakan teknik manajemen relaksasi
    Berikan obat analgetik sesuai indikasi
         Untuk menentukan tindakan keperawatan yang tepat
         Untuk mempertahankan posisi fungsional tulang
         Untuk memperlancar arus balik vena
         Agar klien rileks
         Untuk mengurangi nyeri
2.      Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan Kerusakan Rangka Neusomuskuler
Intervensi
Rasional
Ambulasi
Mobilitas Sendi  penggunaan pergerakan tubuh aktif
perubahan posisi memindahkan pasienatau bagian tubuh
Meningkatkan dan membantu berjalan untuk mempertahankan atau memperbaiki fungsi tubuh
untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi
untuk memberikan kenyamanan, menurunkan resiko kerusakan kulit mendukung integritas kulit dan meningkatkan penyembuhan.
Implementasi :
Hari 1 s/d 3:
Pukul 17.00
Mengkaji keadaan umum pasien : keadaan umum lemah, akelauhan umum nyeri
Pukul 17.20
Mengkaji nyeri : lokasi di daerah sendi femur proksimal sampai daerah gips
Intensitas nyeri : 3
Menganjurkan pasien untuk mendengar musica yang disukai
Pukul 17.40
Hari ketiga
Pasien kehilangan alat music
Menganjurkan pasien menarik nafas dalam (nyeri masih sedikit terasa)
Pukul 18.00
Memberi diet MB pasien
Pukul 19.00
Membantu pasien miki miki

DAFTAR PUSTAKA
http://www.trinoval.web.id/2010/04/fraktur-antebrachii.html

No comments:

Post a Comment

Terimakasih Anda Telah Berkunjung Diblog Askep Perawat dan Bidan, Semoga blog saya ini berguna untuk kita semua dan masyarakat..

mohon di share dan dikomentari blog saya ini. untuk jadi motipasi memperbaiki blog saya ini..

"Terima Kasih"

Apakah Anda Puas Dengan Blog Saya..?