KASUS IBU NIFAS DENGAN MASTITIS
Ny.
M umur 20 tahun melahirkan anak pertamanya secara normal di bidan dengan
kondisi sehat. Ia tinggal bersama suami dan ibu mertuanya di desa yang masih
menjunjung adat-adat terdahulu. Hari kedua postpartum ibu mengeluhkan nyeri
pada bagian payudara dan tubuh menggigil semalaman. Pada pemeriksaan fisik
terdapat nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, ibu mengalami nyeri otot,
sakit kepala, dan keletihan. Tekanan darah ibu 120/80 mmHg, suhu 38’c, nadi
80x/ menit. Dari pemeriksaan diketahui bahwa ibu mengalami mastitis atau
infeksi payudara. Pola makan ibu sehari tiga kali namun dengan sayuran kering dan
lauk tahu dan tempe saja. Pada siang hari tamu yang mengunjungi selalu banyak
dan ramai sehingga ibu tidak bisa istirahat. Pada malam hari bayi sering rewel
dan tidak ada yang bisa dimintai bergantian menjaga bayi sehingga ibu kurang
tidur di malam hari.
Dari
hal-hal tersebut ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya mastitis pada
payudara ibu. Adapun faktor yang mempengaruhi dari ibu diketahui bahwa ibu
masih enggan memberikan ASI pada bayinya,karena ibu mengalami kelelahan pada
siang harinya dan kurang istirahat, karena di desanya masih menganggap bahwa
ibu melahirkan tidak boleh tidur siang. Padahal kurang istirahat dan keletihan
bisa berpengaruh pada ketidaklancaran pengeluaran ASI. Sedangkan dari faktor
sosial secara ekonomi sudah berkecukupan unuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya, karena memiliki sawah dan hasil panen sendiri. Akan tetapi dari
segi budaya, di desanya masih banyak hal-hal yang sebenarnya tidak bagus
dilakukan untuk kesehatan ibu pasca melahirkan namun masih dilestarikan karena
adat, seperti tidak boleh mengkonsumsi amis-amis, daging, ikan, telur dan
sejenisnya. Menurut kepercayaan orang-orang di desa memakan makananan yang amis
serta daging dapat membuat ASI menjadi amis dan darah nifas tidak cepat bersih,
padahal kurang protein bisa menghambat pengeluaran ASI dan terjadi infeksi.
A. Pengertian Mastitis
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada
primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi
melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga mungkin juga melalui
peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3
minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu
(Masjoer, 2001 : 324). Pada kasus mastitis ini biasanya tidak segera ditangani,
jika mastitis tidak segera ditangani menyebabkan abses payudara yang biasa
pecah kepermukaan kulit dan akan menimbulkan borok yang besar.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah
payudara membesar, keras, nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada
akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan keluarnya nanah bercampur air
susu, dapat disertai dengan suhu badan naik, menggigil. Jika sudah ditemukan
tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi jangan dihentikan, tetapi
sesering mungkin diberikan.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan
dan menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau putting
payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau
kedua payudara sekaligus. Namun, tidak semua perempuan dapat terkena mastitis.
Banyak faktor yang menyebabkan perempuan menderita penyakit ini. Diantaranya
adalah daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting
payudara saat menyusui.
B. Etiologi Terjadinya Mastitis
1. Bakteri stafilokokkus aureus
a. Pada umumnya yang dianggap porte d’entrĂ©e dari kuman penyebab ialah
putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per-kontinuitatum menjalar ke
duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus
ialah stafilokokkus aureus.
b. Bakteri seringkali berasal dari
mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di
kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama
setelah melahirkan.
2.
Daya
tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting payudara saat
menyusui
3.
Saluran
ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi mastitis
C. Penyebab
Mastitis
Penyebab terjadinya mastitis sebagai berikut:
1. Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI
tidak diberikan secara adekuat yang akan
menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2. Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman
staphylococcus aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
3. Personal higiene ibu
kurang, terutama pada puting susu
4. Bendungan air susu yang
tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
5. Bra yang terlalu ketat
mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka
bias terjadi mastitis
6. Ibu yang dietnya buruk, kurang
istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi
D. Tanda
dan Gejala
Selain pembesaran berat, prekursor tanda dan gejala mastitis biasanya
tidak ada sebelum akhir minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu, wanita
mungkin mngelami gejala berikut ini :
1. Nyeri
ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusui.
2. Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala,
keletihan.
Mastitis
hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala aktual mastitis
meliputi hal – hal sebagai berikut :
1. peningkatan suhu yang cepat dari
(39,5 – 40 oC)
2. Peningkatan kecepatan nadi
3. Mengigil
4. Malaise umum, sakit kepala
5. Nyeri hebat, bengkak, inflamasi,
area payudara keras
Mastitis yang tidak ditangani
memiliki hampir 10% resiko terbentuknya abses.
Tanda dan gejala abses meliputi hal
– hal berikut :
1. Discharge putting susu purulenta
2. Demam remiten ( suhu naik turun )
disertai mengigil
3. Pembengkakan payudara dan sangat
nyeri, massa besar dan keras dengan area kulit berwarna berfluktasi kemerahan
dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus.
E. Pencegahan
Penanganan
terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Perawatan puting susu atau perawatan
payudara
2. Susukan bayi setiap saat tanpa
jadwal
3. Pembersihan puting susu sebelum dan
sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering
4. Teknik menyusui yang benar, bayi
harus menyusu sampai ke kalang payudara.
5. Bra yang cukup meyangga tetapi tidak
ketat
6. Perhatian yang cermat saat mencuci
tangan dan perawatan payudara
7. Kompres hangat pada area yang
terkena
8. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi
aliran air susu
9. Peningkatan asupan cairan
10. Istirahat
11. Membatu ibu menentukan prioritas
untuk mengurangi stres dan keletihan dalam kehidupannya
12. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
13. Menyusui secara bergantian payudara
kiri dan kanan
14. Untuk mencegah pembengkakan dan
penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya
15. Rajin mengganti bh / bra setiap kali
mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan
menekan payudara.
16. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi
tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada payudara dengan
menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada
dokter atau bidan.
F. Penatalaksanaan
1. Teruskan pemberian ASI meski
payudara mengalami abses atau pembengkakan Tahan sakit. Pemberian ASI
mempercepat penyembuhan
2. Kompres payudara dengan air hangat
atau kain dibasahi air hangat
3. Cukup istrirahat dan tidur agar
tubuh aktif memproduksi sistem imun guna memerangi infeksi mastitis
4. Minum antibiotik sesuai resep dokter
5. Makan makanan yang bergizi tinggi
6. Minum banyak air putih juga akan
membantu menurunkan demam
7. Berikan antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik
biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari. Selama 24 sampai 48 jam setelah
pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap perlu diminum
untuk mencegah kekambuhan.
8. Menyesuaikan teknik menyusui
Pastikan
bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama menyusui dan bayi berada pada
posisi yang benar.
G.
Penanganan
dan Peran Bidan
1.
Payudara
dikompres dengan air hangat
2.
Untuk
mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik
3.
Untuk
mengatasi infeksi diberikan antibiotika
4.
Bayi
mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan.
5.
Anjurkan
ibu selalu menyusui bayinya
6.
Anjurkan
ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
7.
Konseling
suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat
frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan
penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan
emosional. Ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk
diteruskan; bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan
bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.
8.
Pengeluaran
Asi dengan Efektif
Membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat dimulai lagi
No comments:
Post a Comment